Wednesday, January 28, 2009

Calon Motivator Masa Depan

Indonesia, negara yang kita cintai ini, terdiri dari 200 jutaan penduduk. Berdasarkan fakta tersebut, tak bisa dipungkiri Indonesia memiliki banyak sekali masalah-masalah di multi kelas, antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya, khususnya dalam kejadian sehari-hari. Ironisnya, lebih dari 50% penduduk Indonesia merasa frustrasi dan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Jika ini dibiarkan, maka dapat menimbulkan masalah yang baru, baik kriminalitas, bunuh diri, maupun yang lainnya.

Nah, di sinilah peran seorang motivator untuk mengatasi ketidak berdayaan masyarakat. Di Indonesia sendiri sudah banyak nama-nama motivator yang terkenal, sebut saja Andrie Wongso, Mario Teguh, Tung Desem Waringin, dan masih banyak lagi. Selain nama-nama yang mendunia itu, di baliknya ada juga motivator no name yang tidak kalah handal dibandingkan dengan motivator branded. Salah satunya pernah gw temui secara langsung. BEGINI CERITANYA....

(Read Me: Karena tema postingan ini adalah motivator, gaya ceritanya gw adaptasi dari kisah motivasi.)

Alkisah, di hari Minggu kemarin, di tengah-tengah kerumunan dan padatnya Metromini 69, adalah gw, siswa yang sangat beruntung dapat melanjutkan Kompetisi IPA Jakarta di babak semifinal (narsis dikit kan gak apa2).

Namun, keramaian itu segera sirna ketika gw sampai di SMP **, tempat diselenggarakannya kompetisi (Karena TomiONG adalah BLOG TANPA BEBAN, gw gak mau mencemarkan nama baik sekolah di atas, makanya mendingan gak usah disebut). Ya, tampaknya gw adalah manusia pertama yang memasuki SMP ** hari itu.

Satu per satu siswa datang, hingga akhirnya tibalah Juno, temen gw yang juga lolos di kompetisi itu. Kami pun membicarakan suatu hal yang agaknya kurang cukup essential alias TIDAK TERLALU PENTING. Berikut ini dialognya:

Juno(J): Jod, kok dari sekolah kita dikit amat. Cuma 8 orang. Tuan rumahnya aja ada
15 orang.
Gw: Mungkin mereka sekongkol kale sama tim jurinya.
J: (Menganggap omongan gw itu serius) Ah yang bener, masa sih? Gw gak percaya tuh.
Gw: ??? (Termenung di tengah keramaian)

Tiba2 15 orang tuan rumah dan satu orang guru pendamping perempuan berkumpul persis di depan tempat gw duduk. Guru pendamping itulah yang gw anggap sebagai calon motivator masa depan. Gaya bicaranya mampu menghipnotis pendengarnya, sama dengan kemampuan yang dimiliki oleh Romy Rafael. Maka, untuk selanjutnya, gw panggil dia Bu Romy. Bu Romy pun mulai mentransfer 'api' ke dalam semangat 15 anak tak berdosa itu.

"Ya, anak2 sekalian. Kita berkumpul di sini, bukan untuk menang. Karena menang atau kalah adalah lumrah sesuai kodratnya. Mari kita berdoa sama2 sembari menundukkan kepala sejenak. Berdoa dimulai.
......
Berdoa selesai. Ayo kita berjuang hingga akhir waktunya nanti." (Mereka merembukkan tangan, kemudian melambungkannya ke atas sambil bersorak :HOY!)

Gak taunya, bukannya masuk ke ruangan di SMP ** itu, mereka malah keluar menuju SMP sebelahnya. Yang gw tau, di sebelahnya itu ada Kompetisi Bahasa Inggris, tapi masih BABAK PENYISIHAN JREEEEEEEEEEENG.

Ya ampun, masih babak penyisihan aja, udah selebay itu. Gw ngebayangin gimana jadinya kalau mereka udah sampe babak final. Mungkin Bu Romy bakal ngomong kayak gini:

Ya, anak2 sekalian. Kita berkumpul di sini, bukan untuk menang. Yang penting kita ingat pada perkataan Soekarno, bahwa perjuangan kita akan lebih sulit, karena akan melawan bangsa kita sendiri, meskipun ada beberapa di antaranya berasal dari Bangsa Cina, antara lain si TomiONG. Dan juga JASMERAH: JAngan Sekali2 MElupakan pelajaRan pisikAH. Mari TEMPELKAN TANGAN ANDA DI HANDPHONE, untuk menyatukan hati kita bersama Tuhan, sesuai kepercayaan masing2, di mana telah dicantumkan di UUD 1945 Pasal 29 ayat (1) yang ditegaskan kembali di dalam ayat (2), sebagaimana hasil Sidang Umum MPR tertahun 2002. OK, baiklah.
Berdoa dimulai.
......
Berdoa selesai. Ya, saya tutup dengan Salam Nasional kita, MERDEKA! (Mereka merembukkan kepala, kemudian membengkokannya hingga kepala sama kakinya misah. Read Me: ---Sebenarnya kepala sama kaki gw juga udah misah dari sononya sih. Bagaimana dengan TomiONGers? Mungkin kepala dan kaki kalian udah keburu nyambung, yak? Kalau iya, berarti Teori Darwin ada betulnya juga tuh.--- Mereka pun berlarian keliling lapangan dan bersorak :WOY! Dededam dededah.....WOY, mana suaranya yang di Ancol. Liat neh, gw pake kacamata item, gauuulll gilaaaa)
Apa yang terjadi? Ya, maka tersebarlah aliran sesat tersebut, dan berkembanglah jumlah para penganutnya. Kembali lagi di sinilah dibutuhkan seorang motivator handal yang belum terkontaminasi sama sekali.
*************

P.S: Gw tau postingan kali ini emang jayusnya luar biasa. Kenapa? Karena gw tidak bertujuan untuk membuat orang tertawa karena postingan ini, melainkan TERMOTIVASI, khususnya untuk temen2 gw yang udah stres, atau tepatnya deg-deg-an akibat hasil kompetisi yang akan diumumkan besok. Gud lak deh pokoknya.

Friday, January 23, 2009

Tragedi buku pisika, gagang pel, dan duit goceng

Sepertinya satu minggu ini (Senin-Jumat), kejadian yang gw alami tiap hari gitu2 aja. Pergi sekolah, naek metromini. Di sekolah, ya sama aja. Pulangnya naek patas. Di Cipulir, ada tukang jualan permen jahe + kacang, naek ke patas. Abis turun dari patas, naek ojek (biasanya jalan kaki).

Tapi pastinya bakal ada satu atau lebih peristiwa yang berbeda, yang bisa gw ceritain di setiap posting.

Mulai dari adanya rencana kunjungan satu kelas gw ke SMP Triguna. (Kalo gak SMP, ya SMA. Yang jelas bukan TK.) Anak satu kelas tuh pada turun ke lantai 1, termasuk gw. Kita nungguin kapan berangkatnya. Bujug dah lama pisan. Sambil nungguin, temen gw ada yang baca buku pisika, ada yang ngebanyol + plesetan gak jelas, ada juga yang ngomongin orang laen.

15 MENIT KEMUDIAN.....

Semuanya masih dalam kondisi biasa2 aja.

30 MENIT KEMUDIAN.....

Yang tadinya baca buku pisika, muka dan matanya udah mulai ketarik ke bawah oleh gravitasi bumi. Yang tadinya maen plesetan, udah mulai menjurus ke plesetan jorok, padahal tidak sesuai dengan Perda larangan buang sampah sembarangan. Sedangkan mereka yang ngomongin orang, jadi ngomongin monyet.

1 JAM KEMUDIAN.....

Yang tadinya baca buku pisika, rambutnya berubah jadi kayak einstein. Yang tadinya maen pleSETAN, udah mulai kerasukan SETAN. Nah, gimana nasib yang ngomongin monyet? Ya, betul. Dengan sukses mereka sadar bahwa mereka sedang ngomongin diri mereka sendiri.

TIBA-TIBA

Pak ***** dan Bu **** menghampiri anak2 yang sudah kehilangan akal sehatnya ini, dan berkata:
"Kalian kelas 8J kan? Kalian nggak jadi berkunjung. Kalian digantiin sama kelas 8A & 8B."

BUSET DAH, SIKEK BENER!!!

Ada lagi neh, tadi abis istirahat, gak ada pelajaran pisika, jadi jam pelajaran tsb diubah menjadi jam kosong. Ini dimanfaatkan oleh 5 orang temen gw untuk maen kartu remi. Bunyi bel pelajaran pisika yang telah berakhir, tidak disadari oleh mereka. Alhasil, mereka satu2 dimarahin guru senbud yang emang lagi waktunya ngajar. Terus dia dateng ke gw. (Gw gak ikutan maen kartu.) Gw kirain bakal dimarahin gara2 disangka ikutan. NGGAK TAUNYA, gw dimarahin karena lagi maenin tongkat yang asalnya dari gagang pel.

Waktu di dalem patas, gw agak bingung dengan omongan si kernet sama gw+temen2 gw:

(Sambil nadahin tangan) "Satu orang lima rebu."

Gimana gak keder? Biasanya kan taripnya cuma dua rebu. Tapi, karena gak berani dengan muka si mister goceng itu, gw langsung ngasih duit cebanan, trus dibalikin goceng. 2 orang temen gw pun bayar dengan duit pas. Eh, si mister goceng malah ngomong:

"Takut amat dek. Orang saya cuma bercanda. Nih saya tambahin tiga rebu. Buat lu semua jajan. HAHAHA."

Gw sekarang jadi bingung mau seneng karena tarifnya ternyata normal, atau kesel karena diketawain.

Thursday, January 22, 2009

Perbandingan umur manusia zaman dahulu dengan sekarang

Buruk muka, cermin dibelah.
Kepala ubanan
Rambut dibelah.

Makin hari, gw liat di kaca, uban gw makin banyak aja. Rambut gw demen banget bertransformasi dari hitam menjadi putih berkilau.

Akhir2 ini, banyak org-baik gw kenal maupun yg belom kenal-ngomong ke gw kayak gini: "kecil2 kok udah ubanan", "lu banyak mikir ya, mikir apaan? Jangan-jangan jangan-jangan neh.....(lanjutan kalimat ini disensor karena emang gak perlu diceritain)", "kalo mau rambut supaya item, cuci aja pake aer got".

Gw sih sejauh ini belum berniat untuk nyemir or ngecat rambut. Soalnya gw nya sih gak apa-apa dan nyaman aja. Tapi gw gak enak aja sama org2 di luar sana yg sudah muak melihat orang tua ubanan yg nyamar jadi anak kecil bego (alias Shinici Kudo versi Indonesia, yaitu: Kelinci Kuda).

Gw juga kasian sama org2 di istana negara, istana merdeka, atau istana boneka. Kalo gw lewat sana, pasti mereka semuanya memberi hormat dan salam. Kenapa? Ya jelas lah, karena uban gw sekarang udah bejibun, makanya gw disangka Hatta Rajasa atau Adnan Buyung Nasution.

Nggak deng, kayaknya sih belum separah itu. Kalo 10 tahun lagi sih mungkin aja.

Eittt...., kepada TomiONGers, jangan langsung kabur dari sini dong. Masa gara2 isi postingan gw gak sesuai judul, pada langsung ngambek.

Sebenarnya kata demi kata tadi ada hubungannya kok sama "Perbandingan umur manusia zaman dahulu dengan sekarang".

Suka nggak suka, umur maksimal manusia dari zaman ke zaman emang menurun. Maksudnya apa? Begini, masih inget gak sama kisah Nabi Adam? Beliau meninggalnya kan di umur ke 900an tahun lebih (kalo nggak salah, tapi kalo emang salah, mohon mangap). Nah, waktu zamannya Kerajaan Majapahit, ada yang inget gak Raden Wijaya dan Patih Gajah Mada meninggal di umurnya yang ke berapa? Tau nggak? Kalo nggak tau, mendingan TomiONGers diem aja, soalnya gw sendiri juga gak tau.

Ya pokoknya gitu lah. Coba sekarang, umur 60an, udah sakit2an (gak semuanya sih, ini kan cuma rata2). Bahkan ada yang baru umur 13 tahun, udah ubanan stadium 3 nyaris 4. (tuh kan, uban emang ada kaitannya sama judul postingan gw kali ini).

Bagaimana ya di masa mendatang? Apakah mungkin di waktu itu, beruban banyak di umur ke13 adalah sangat wajar dan lumrah? Maybe yes, maybe no. Tapi supaya gak melongo dan supaya bisa dilanjutin, gw ambil kemungkinan pertama, yaitu "bisa jadi, kenapa nggak?".

Mungkin di masa itu, setiap orang berumur 10 tahun, sudah sakit2an, ya kurang lebih kondisinya sama dengan orang yang berumur 100 tahun di masa sekarang. Kemudian orang yang berumur 2 tahun sudah berkarir dan bahkan sudah berumah tangga, kok bisa? Ya siapa tau di masa depan orang udah mulai mimpi basah atau menstruasi di umur 1 tahun atau bahkan sejak lahir. Di masa itu, orang yang berumur 3 tahun sudah menjadi seorang pengarang terhebat di kelasnya.

Sebenarnya sih zaman sekarang udah ada anak kecil yang ahli di bidangnya. Misalnya, seminggu yang lalu, si Pandu (ya, ya, gw tau. Nama Pandu memang selalu tercantum di setiap postingan gw. Kalo lu mau gw cantumin juga, silahkan kirim e-mail ke jodi.santos.30@gmail.com. Tarif pencantuman nama murah kok, cuma Rp1.000.000/posting). Dia memamerkan sehelai kertas yang berisi tulisan hasil karya temennya. Sekarang sih ada di rumah gw, soalnya gw embat aja tuh kertas. Berikut ini isi tulisannya tanpa gw ubah, kecuali tanda baca dan ejaan kata:

"Ada cewek = pelajar 3 SMP. Di sekolah dia dijauhi oleh teman-temannya karena suatu sebab. Sehari-harinya di sekolah, ia hanya terus-menerus memperhatikan pelajaran yang diterangkan oleh guru, dari sebuah bangku di pojok kelas.

Ia makan di kantin sendirian tanpa seorang temanpun yang mau menemani, bahkan ia tidak pernah berbicara dengan siswa-siswi sebayanya. Setiap ulangan atau ujian, ia selalu mendapat nilai yang bagus, seperti 9 & 10. Mungkin itu karena ia selalu belajar, bahkan hanya itulah yang bisa ia lakukan."

Udah kelar woy... TomiONGers saya harapkan untuk bangun dari tidur.

Keliatannya sih, dari gaya bahasa dan jenjang pendidikan yang ditempuh oleh si tokoh, cerita tadi adalah cerita NYATA berupa curhat si penulis yang dijadikan sebagai 'nasib' tokoh utama. Tapi keren kan? Kalo gw nerusin cerita tadi jadi novel, pasti hasilnya lebih laris dan lebih sukses daripada "Laskar Pelangi". Mungkin ada baiknya kalo novelnya gw kasih judul "Laskar Cinta" atau "Laskar JAMU GENDONG".

Selain jadi pujangga, anak sekarang juga sudah mempersiapkan bekal untuk di alam baka nanti. Salah satunya adalah temen gw, Dylan (kali ini bukan Pandu. Soalnya Pandu belom bayar tarif pencantuman nama. Masa gitu aja gak mampu?). Dylan bercita-cita menjadi seorang ustad. Sebenarnya dia sih gak pernah ngomong gitu. Cita2nya bisa gw liat sendiri dengan sangat jelas dari ucapannya jika sedang diledek atau dikatain sama orang lain, yaitu: "INALLAH MAAL SOBIRIN" (kalo gak salah artinya tuh: Allah bersama org2 yang sabar). Dia juga rajin solat 5x sehari, meskipun tiap kali solat cuma 1 rakaat.
DASAR ORANG PELIT. Sekali pelit, TETAP PELIT!

Wednesday, January 21, 2009

Gw nggak bisa bacot via mobile

"Ketika ku datang
Ketika ku membaca
Saat ku mencoba
Aku selalu gagal
Menyampaikan isi dari sanubari ini
Yang dapat meledak setiap saat
Layaknya rudal Israel
Yang tiada ada lelahnya
Menjatuhkan nyawa demi nyawa
Yang akan menjadi
Catatan kelam dalam kehidupan"

(Terdengar suara2 heboh dari kejauhan: "Puisimu keren seperti Blackberry Bold", "Rangkaian kata2 indahmu tidak dapat tergantikan oleh Nokia 8800 Gold Arte sekalipun", atau mungkin: "Harga BBM diturunkan,..... diTURUNkan,..... DITURUNKAN LAGI".)

Kata2 yg gak penting di atas muncul karena terjadinya musibah yg hanya terjadi kepada gw dan hp gw. Udah pada baca belom postingan gw yg judulnya "Pameran yang aneh"? Kalo belom, silahkan TomiONGers membuka postingan tersebut (mulai sekarang dan seterusnya, untuk para pembaca, seperti kalian ini, gw beri julukan TomiONGers, biar enak dan juga gampang).

Gw kan ngepostingnya siang, pake hp. Waktu jam 8 malem, gw coba2 ngeliat postingan itu lagi. Ternyata udah ada 2 comment. Ya udah, langsung gw baca.

2 duanya dari Si Pandu. Dia nyuruh gw ganti header gw yg gambar Soekarno. Kenapa? Soalnya dia ngefans berat ama Soekarno, makanya dia gak rela kalo tokoh sejarah itu gw tampilkan sbg header.

Abis selesai baca, gw ngisi kolom comment bwat nanggepin perintah gak jelas itu. Kurang lebih isi comment yg bakal gw kasih:

"Ya. Ntar gw ganti headernya. Tapi TAHUN DEPAN."

Kelar deh. Gw ngeklik pilihan account. Biasanya bakal muncul pilihan "Google Account", "WordPress", dsb.

TAPI, kali ini pilihan seperti google account dkk. tidak muncul. Padahal kalo lewat komputer, kudu-mesti-harus-wajib-mustbe ada. Kok lewat hp gak ada ya? Gw coba2 aja langsung klik Post Comment.

Gw tungguin dah satu per satu tulisan berikut nongol di ujung layar hp gw bagian bawah

"Connecting"

"Processing"

"Loading 0/15 kb"

"Loading 15/15 kb"

"Kencing completed"

Gw langsung mencet d-pad ke bawah terus sampe ke kolom comment. Di bawah kolomnya, ada tulisan warna merah kayak gini neh:
"Please select your account first."

Dasar bego, jelas2 kagak ada pilihan accountnya, lu masih juga nyuruh gw milih account?

MYSELF SETTING
KESEL: Turning ON
MAU NYERAH: Turning ON for 1 minutes
MARAH: Can't be turning ON, because "C:\File Data\Orang yang bisa gw jadikan sasaran kemarahan gw.exe\" was not found

Gw nggak langsung nyerah. Gw tetep coba terus sampe sekarang. Hasilnya? Gak ngaruh. Sekali bego, tetep BEGO.

Jadi, atas alasan yang udah gw jelasin, gw minta maaf yg sebesar2nya kpd TomiONGers, karena comment yang udah atau bakal lu sampein, untuk sementara ini gak bisa gw tanggepin. Sampe kapan? Gw sendiri sih gak tau pasti. Mudah2an cepet berlalu, tetep sehat, biar kita bisa baca2 bareng TomiONG. Puokok'e MAMPUS.

PUISI BWAT CLOSING

"Oh, handphone.....
Fisikmu mampu memotivasiku
Fiturmu penuh dengan hal2 yang sangat imajinatif

Tetapi
Meski engkau beribu penggemar
Meski engkau berjuta-juta rupiah harganya
Meski engkau dijual di Roxy dan Glodok
Engkau belum dapat menandingi
Kecanggihan teknologi komputer

Oh, komputer.....
Meski fisikmu sebesar orang gagal diet
Meski fiturmu wajar karena fisikmu

Tetapi
Setiap orang menghargaimu
Pelajaran TIK pun terselenggara karenamu
Tanpamu, takkan ada teknologi yang bernama handphone.

Wahai komputer.....
Jasamu takkan dapat kubalaskan
Biarkanlah aku merawatmu
Hingga kau merasa berharga
Hingga pada akhir hayatmu
Hingga kau menarikkan
Aliran listrik terakhir....."

(Terdengar suara2 heboh dari kejauhan: "Puisimu keren seperti LENNOVO yang bisa jadiin muka sebagai password", "Rangkaian kata2 indahmu tidak dapat tergantikan oleh Laptop Toshiba yang mahalnya bujug buset sekalipun", atau mungkin: "Kedudukan pejabat tinggi yang korup di DPR seharusnya diturunkan,..... diTURUNkan,..... DITURUNKAN LAGI".)


KESIMPULAN: GW GAK BISA BACOT VIA MOBILE.............

Tuesday, January 20, 2009

Pameran yang aneh

Sebelumnya, maaf baru posting, soalnya gw kan biasanya ke warnet, cuma akhir2 ini gak bisa. Postingan ini aja dibuatnya lewat HP.

Cerita dimulai dari jam 7 pagi tadi. Pelajaran fisika berjalan seperti biasa, tanpa hambatan (emangnya jalan tol?).

Masalah timbul saat ujian matematika. Ujian ini diadain bwat ngebandingin kompetensi siswa di skolah gw dgn skolah yg letaknya tepat di seberang sekolah gw.

Jujur, soal yg berjumlah 30 butir itu sih susah2 gampang (enggak semuanya susah). Tapi masalahnya, waktu yg disediakan hanya 100 menit! Padahal ada 5 soal essay. Udah gitu, di lembar soal, tulisannya kayak semut ngantri minyak tanah. Jenis fontnya aneh + ukuran kecil + rapet2 banget.

Yang pertama kali selesai ngerjain soal adalah Ryan. Temen gw yg pernah muda ini (sekarang sih udah nggak muda lagi), dgn gaya ketidak-setia-kawanan-nya ngumpulin jawaban n langsung minggat.

Melihat itu, gw berniat mengerjakan soal dengan metode cepat tanpa coret-coretan dan tanpa ngitung (baca: ngasal a.k.a nembak jawaban). Tapi temen sebangku gw, namanya Erlangga, dipanggil EMON (tanpa NYET) di sela2 ngerjain soal, dia bernyanyi lagu Diam Tanpa Kata versi aransemen terbaru:

Kau takkan pernah sadari
Betapa jahanamnya soal ini
Nilai selalu
Aku banggakan...

Gw langsung mikir: dia bingung juga kok, tapi nggak mau ngasal, karena mau mendapat nilai yang membanggakan. Ya udah deh, akhirnya gw ngerjain dgn cara yg baik dan benar.
*****

Setelah istirahat, tidak satupun guru masuk ke kelas gw. Kenapa? Soalnya di lantai 1 di sekolah gw, lagi ada acara, rame dah. Karena penasaran, gw turun aja tuh ke bawah (kls gw ada di lantai 3).

Ternyata di lt 1 lagi ada acara pameran profil beberapa sekolah gitu deh. Gw gak tau sih dlm rangka apa.

Begitu lewat stand profil skolah gw, yg ada bukannya bangga, malah gw jadi heran aja gituh. Murid2 yg jadi tukang jaga (JAGA, bukan JAGAL) stand skolah gw, berpakaian ala... Apa yah? Gw gak tau, tapi yg jelas dari gayanya kayaknya sih jepang. Trus, yg ditampilin malahan tulisan berbahasa jepang yg gw gak ngerti sama sekali artinya.

Ada lagi sih profil skull laen yang lebih parah, krn malah menampilkan gambar manga Naruto melalui projector. Tau nggak 'manga' itu apa? Bwat yg gak tau, gw kasih tau deh. 'Manga' itu buah2an yang dagingnya warna oranye, kulitnya warna ijo.

Sesudah itu, gw balik ke kelas dan cerita ke Ryan.

Gw: Bukannya profil skull, malah profil naruto, yah mendingan mereka pajang aja sekalian gambarnya Bang Narto (plesetannya Naruto yg gw asal sebut aja).
Ryan: Woy! Bang Narto tuh nama om gw. Gak boleh sembarangan. (bla..bla..bla, pokoknya dia membangga2kan omnya itu).

Yah, kira2 itu aja yg bisa gw ceritain bwat hari ini. Doain yah semoga gw dibolehin masang internet di rumah, biar gak usah capek2 ngepost lewat HP. Kali ini untuk penutup, gw ada peribahasa yg cocok dgn isi postingan ini:

"Hujan batu di negeri sendiri, jauh lebih baik daripada hujan emas di negeri orang."
Artinya: Kalau kita lebih mencintai Jepang daripada Negeri Tercinta Indonesia ini, Apa Kata Dunia? (Tapi tenang aja sih, dunia gak bakal berkomentar, soalnya lagi sibuk bwat pelantikan Barrack Husein Obama sebagai Presiden Amerika, jam 11.56 siang waktu setempat, atau kalo gak salah kira-kira jam 23.00 waktu Indonesia Barat)

Monday, January 12, 2009

Semuanya Pasti Berkaitan dengan Raditya Dika

Nih dia postingan perdana gw di blog TomiOng ini. Selamat Membaca!


Dari jaman doi masih ngeblog sampe sekarang, Raditya Dika emang terkenal dah. Bedanya, sekarang lebih terkenal lagi. Gw sendiri sebenarnya bukan penggemar beratnya, biasa aja. Di kelas gw ada tuh penggemar yang terlalu fanatik sampe-sampe setiap ada kesempatan, nggak peduli waktunya pas atau nggak, selalu nih anak baca buku Kambing Jantan (biasa), Kambing Jantan (komik), Cinta Brontosaurus, Radikus Makan Kakus, sama Babingesot. Sebut saja namanya Pandu. Kenapa? Ya emang namanya gitu. Jangan salahin gw, kalo mau tanya aja sama emaknya.
Back to topic, di sekolah, Pandu ngambil ekskul 3 biji. Ada multimedia, angklung, sama paduan suara. Beda banget sama gw–yang nggak ikut ekskul satu pun–. Tapi, jangan kira nih anak konsen di setiap ekskulnya. Tiap pembina ekskul lagi jelasin sesuatu, Pandu sama sekali nggak perhatiin ke situ. Dia malah asik-asikan ketawa kayak orang gila sambil baca bukunya Raditya Dika. (Untuk memudahkan gw ngetik, untuk selanjutnya Raditya Dika gw singkat jadi Bang Dika.)
Untuk mengikuti jejak idolanya, Pandu juga ngeblog! Di bagian pinggir blog ini ada kok link ke blognya. Bagaimana gaya bahasa di dalam postingannya? Ya, pasti udah bisa ketebak lah. Gaya ceritanya sama persis dengan apa yang sudah pernah dipopulerkan Bang Dika. Bahkan, di dalam blognya, Pandu sering nulis kayak begini: “Bang Dika, tolong pilih review saya aja ya.” Seolah-olah dia tuh udah akrab banget sama Bang Dika, padahal kenyataannya kenal aja kagak. Kalo nggak percaya, klik aja linknya. Muntah tidak ditanggung. (To Pandu: Peace man. Just kidding. Just for laugh.)
Gara-gara Pandu, setiap anak di kelas gw secara bergiliran meminjam buku karangan Bang Dika, kecuali gw, soalnya gw udah pernah baca tuh buku semuanya, tapi masing-masing cuma satu kali, nggak kayak Pandu yang sering banget membuat terjadinya dialog seperti ini:

Pandu: (Sambil baca buku Bang Dika dan ketawa cekikikan) Jod, tau nggak? Gw udah baca nih buku lebih dari 10 kali. Tapi masih lucu. Gw masih bisa ketawa. WUAHAHAHAHAHA.
Gw : Itu mah lu nya aja yang lebai.

Parahnya, percakapan seperti itu bukan hanya satu-satunya. Seringkali tanggapan gw sama aja. Kayak percakapan di atas. Tapi sampai di pengulangan percakapan ini yang ke5 kalinya, gw akhirnya mengubah tanggapan gw.

Pandu: (Sambil baca buku Bang Dika dan ketawa cekikikan) Jod, tau nggak? Gw udah baca nih buku lebih dari 10 kali. Tapi masih lucu. Gw masih bisa ketawa. WUAHAHAHAHAHA.
Gw : Perasaan gw, lu udah berapa kali dah ngomong kayak gitu.
P: Masa sih? WUAHAHAHAHAHA. Gw tuh bukannya gak tau gw udah sering ngomong gitu. Gw cuma lupa waktu itu gw ngomong sama siapa. Emangnya sama lu ya? Kayaknya waktu itu gw ngomong sama Ryan deh. (Info: Ryan adalah temen gw dan Pandu yang hampir-nyaris ngikutin Pandu jadi penggemar Bang Dika.)
Gw: Ya udah deh.

Akhirnya gw ngalah juga, soalnya gw kasian aja, nih anak telah menderita amnesia sesaat.
Tadi siang, seperti biasa gw pulang ke rumah bareng-bareng sama temen-temen yang lain, yaitu Pandu, Auli, dan Nico. Kita naek metromini. Seperti biasa, di dalam metromini, Nico, yang notabennya memang ranking 4 di kelas gw, membuka Buku IPS favoritnya sambil belajar dengan sangat serius. Trus seperti biasa, Pandu membaca buku Babingesot. Cuma Auli dan gw yang nganggur alias nggak ngapa-ngapain kecuali ngobrol.
Sebenarnya Nico udah sering ngeliat Pandu baca buku Bang Dika. Tapi hari ini laen. Nico tertarik (baca: sudah menjadi calon pengikut setia Bang Dika) dan memberanikan diri bertanya ke Pandu.

Nico : Pan, itu buku yang lagi lu baca, emangnya tentang apa sih?
Pandu: Oh, ini Nik, tentang pengalaman seseorang gitu deh. Nama penulisnya Raditya Dika. Mau liat?
N: Boleh deh. (Sejenak membaca Babingesot, baru satu halaman aja, ketawanya sudah sanggup terdengar oleh orang budeg sekalipun.)

Beberapa menit kemudian…..
N: Pan, emangnya Raditya Dika pinter yah? Dia sekolah di mana? Di 70? Oh, 70 itu di Bulungan yah.
P: Ho-oh.
N: Trus kalo pinter, kenapa pake belaga bego di setiap tulisannya?
P: Mungkin lagi hilaf kale. Itu kan bwat lucu-lucuan ajah.
N: Oh begitu. Nih buku boleh gw pinjem gak?
P: Boleh. Selamat Membaca!
N: Makasih
P: Tenang aja kale.

Ya, kira-kira begitulah cara maksiat Pandu menyebarkan ajaran sesatnya. Kekesalan gw belum berhenti di situ. Pas turun dari metro mini, tiba-tiba ada seorang–yang gw kira-kirain umurnya setengah abad–teriak dengan kencang.


Orang Aneh: Woy Tong!
Gw : (Nengok) Ada apa ya, Pak? (Sambil bingung apa yang salah. Celana, gak kotor. Rambut, gak terlalu berantakan. Muka, emang dari sononya udah ancur gak begitu ganteng. Apa yang salah coba?)
O : (Dengan bersemangat) Kecil-kecil udah ubanan!
Gw: (Senyum, tapi dalam hati: Sialan! Kirain penting.)

Sebagai cerita penutup postingan kali ini, gw mau ceritain kejadian yang sebenarnya sudah berlangsung 4 hari yang lalu. Ada seorang guru di sekolah kami yang sangat meng-anak-emaskan Pandu, namanya Bu Sri. Saat lewat di depan ruang guru, Pandu dipanggil oleh Bu Sri.

Bu Sri: Pandu, kamu punya novel Halfmoon nggak?
Pandu: Nggak punya Bu. Ibu lagi demen baca?
B: Ya nih.
P: Saya ada buku lain Bu. Bukunya bagus banget.
B: Genrenya apa? Komedi?
P: Ya. Judulnya Kambing Jantan. Karya Raditya Dika.
B: Oh, ya udah. Ibu boleh pinjem nggak?
P: Hmmm.....(Tiba-tiba inget kalo di Kambing Jantan banyak sekali sebuah kata yang terulang hingga 100X lebih. Kata yang agak berbau pornografi. Bagi yang udah pernah baca Kambing Jantan dijamin tau deh.)
B: Kenapa, Pandu?
P: (Bingung mencari alasan supaya Bu Sri nggak jadi minjem Kambing Jantan) Nggak jadi deh Bu. Nggak tau tuh bukunya di mana. Ilang kali.
B: Oh ya udah. Gak apa-apa.


Mungkin itu baru pertama kalinya Pandu tidak meminjamkan buku favoritnya. Dikit-dikit Raditya Dika, dikit-dikit Raditya Dika, Raditya Dika kok cuma sedikit?